Minggu, 16 Maret 2008

PERMASALAHAN DAN PROSPEK AGRIBISNIS PERUNGGASAN TAHUN 2007

PERMASALAHAN DAN PROSPEK AGRIBISNIS PERUNGGASAN TAHUN 2007
September 23, 2007 · No Comments


Pendahuluan

Kinerja ekonomi nasional pada tahun 2007 diperkirakan akan lebih baik dibandingkan dengan kinerja tahun 2006. Penyebabnya antara lain adalah pulihnya daya beli konsumen, menurunnya laju inflasi dan suku bunga, serta membaiknya perekonomian dunia. Proyeksi pertumbuhan ekonomi 2007 diperkirakan optimistis pada kisaran angka 6,3%, inflasi 6,5%, suku bunga SBI tiga bulan 8,5%. Hal yang menggembirakan adalah struktur pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2007 diperkirakan akan lebih baik, di mana pertumbuhan ekonomi tak hanya ditunjang oleh belanja rumah tangga (konsumsi) saja. Pada 2007 belanja rumah tangga diperkirakan tumbuh 3,7%, investasi tumbuh 10,6%, ekspor 9,4%, dan belanja pemerintah 9,1%. Sejalan dengan proyeksi kondisi perekonomian nasional yang semakin membaik, prospek agribisnis perunggasan juga menjanjikan, namun penuh dengan tantangan.

Permasalahan Agribisnis Perunggasan

Walaupun komoditas unggas mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam perekonomian Indonesia, tidak dapat dielakkan bahwa komoditas ini sering mengalami permasalahan-permasalahan yang menghambat pengembangannya baik secara makro maupun mikro. Pada tahun 2007 kemungkinan beberapa masalah yang terjadi pada tahun ini masih merupakan hambatan dalam pengembangan agribisnis perunggasan. Dua permasalahan yang memerlukan perhatian yang serius oleh para stakeholders peternakan unggas, yaitu kurang tersedianya bahan baku pakan yang berasal dari sumberdaya domestik, sehingga Indonesia masih harus mengimpor dan mewabahnya penyakit khususnya Avian Influenza (AI) atau flu burung. Dua permasalahan ini sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan agribisnis perunggasan.

Komponen terbesar untuk memperoleh produk yang berdayasaing terletak pada aspek pakan, dimana biaya pakan ini merupakan komponen tertinggi dalam komposisi biaya produksi industri perunggasan, berkisar antara 60-70 persen. Bukti empiris menunjukkan bahwa lemahnya kinerja penyediaan bahan baku pakan menjadi salah satu kendala dalam menghasilkan produk unggas yang berdayasaing. Apalagi jika hal ini dikaitkan dengan bahan baku utama pakan unggas yang sebagian besar terdiri dari jagung, dimana impor jagung untuk kebutuhan pakan unggas terus meningkat dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, biaya pakan ini disebut pula sebagai crucial factor yang sangat menentukan apakah usaha perunggasan dapat bersaing atau tidak.

Penyakit Avian Influenza (AI) adalah salah satu penyakit yang sampai saat ini masih terjangkit di beberapa daerah di Indonesia. Baru-baru ini, di propinsi Papua tepatnya di daerah Timika yang merupakan propinsi paling ujung timur Indonesia yang sejauh ini tercatat belum tertular AI, terdapat unggas yang positif terinfeksi virus mematikan tersebut. Selain itu terjadinya pergantian musim dari musim kemarau ke musim hujan menurut data-data empiris para pakar kesehatan hewan dan juga pengalaman para peternak menunjukkan sedikitnya terdapat tiga jenis penyakit yang menyerang komoditas unggas. Penyakit tersebut adalah yaitu Infectious Bronchitis (IB), Gumboro dan layer dan penyakit yang disebabkan virus ILT.

Selain dua permasalahan tersebut beberapa permasalahan yang mungkin tetap terjadi pada agribisnis perunggasan antara lain, permasalahan sistim pembiyaan (permodalan), ancaman masuknya CLQ dan MDM, PPN produk peternakan, dan tata ruang yang belum jelas sering menjadi penghambat dalam mengembangkan usaha agribisnis unggas. Selain itu infrastruktur yang kurang memadai seperti tersedianya jalan yang baik, sarana trasportasi, dan komunikasi juga dapat menciptakan permasalahan yang rumit bagi peternak disamping permasalahan ekonomi biaya tinggi akibat berbagai pungutan dan restribusi di berbagai daerah di tanah air.

Prospek Agribisnis Perunggasan

Bila melihat berbagai permasalahan seperti yang diuraikan sebelumnya, maka pengembangan agribisnis perunggasan pada tahun 2007 membutuhkan usaha yang keras. Akan tetapi agribisnis perunggasan juga memiliki potensi yang besar dan menjanjikan dalam pengembangannya. Indonesia merupakan pasar yang potensial bagi agribisnis perunggasan. Komoditas unggas mempunyai prospek pasar yang sangat baik karena didukung oleh karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai ± 220 juta jiwa dan masih tetap bertumbuh sekitar 1,4 persen per tahun pun merupakan konsumen yang sangat besar. Konsumsi rata-rata msayarakat terhadap hasil unggas khususnya telur ayam dan daging ayam pun memiliki tren yang meningkat. Hal ini mengindikasikan konsumsi masyarakat akan hasil komoditas unggas semakin baik dan merupakan peluang bagi usaha dan industri perunggasan untuk mengembangkan usahanya.

Selain itu Indonesia memiliki keunggulan kompetitif (competitive advantage) dalam komponen biaya input untuk tenaga kerja yang relatif lebih murah dibandingkan negara lain di ASEAN. Potensi dalam mengembangkan produksi jagung nasional dapat mengurangi ketergantungan impor dan menurunkan biaya produksi, sehingga mampu meningkatkan skala usaha yang optimal. Integrasi secara vertikal (vertical integration) juga sudah mulai terlaksana dengan menerapkan pola-pola kemitraan (contract farming), dimana peternak sudah banyak bergabung dengan perusahaan inti sehingga jumlah pemeliharaan unggas juga semakin meningkat dan mampu menjaga kualitas dari hasil komoditas unggas tersebut.

Kondisi yang semakin membaik dari perekonomian Indonesia juga memberikan sinyal pasar (market signal) yang baik bagi perkembangan agribisnis perunggasan. Membaiknya iklim usaha akan mempu merangsang dan menarik investor baik swasta maupun asing dalam memanfaatkan potensi dan peluang usaha agribisnis perunggasan. Jika pemulihan ekonomi berjalan baik juga akan meningkatkan pendapatan per kapita yang kemudian akan menaikkan daya beli masyarakat.

Penutup : Implikasi Kebijakan

Dalam mengembangkan agribisnis perunggasan hal penting yang harus dilakukan adalah meminimalkan permasalahan yang terjadi dan sekaligus mengoptimalkan potensi yang dimiliki Indonesia saat ini. Beberapa kebijakan yang dapat dilakukan antara lain:
Pertama, meningkatkan produksi dan produktivitas hasil perunggasan Indonesia yang berdaya saing tinggi dan memiliki nilai tambah dari produk-produk turunan yang dihasilkannya. Hal ini dapat dilakukan melalui penyediaan teknologi terapan tepat guna, tepat lokasi baik budi daya, pasca produksi, maupun pengolahan hasil. Dengan adanya teknologi tersebut diharapkan akan mampu mengurangi biaya produksi yang digunakan dengan tetap mampu menghasilkan produk yang berkualitas.
Kedua, penanganan dan pencegahan berbagai wabah penyakit khususnya kasus flu burung harus dilakukan sesegera mungkin dan secara komprehensif. Beberapa hal diantaranya yang dapat dilakukan antara lain dengan meningkatkan manajemen pemeliharaan untuk meminimalkan resiko ternak terserang penyakit, melakukan desinfektan secara terpadu pada kawasan peternakan, pemberian vaksin yang tapat waktu, tepat sasaran dan melakukan pengawasan yang ketat tehadap masuknya hasil ternak dari luar negeri yang terinfeksi penyakit menular.
Ketiga, pemerintah harus melindungi produk peternakan dalam negeri dari ancaman produk luar baik legal maupun ilegal yang dapat mengancam usaha dan industri perunggasan nasional. Masuknya produk-produk impor haruslah dilihat dari kacamata kepentingan bersama khususnya dalam memajukan agribisnis peternakan yang mayoritas dilaksanakan oleh peternak rakyat. Kendati pun ijin masuknya produk hasil peternakan tersebut dikeluarkan, perdagangan dan persaingan seyogianya dilakukan secara adil dan fair sehingga yang terjadi adalah persaingan yang sehat tentunya yang berpihak kepada masyarakat Indonesia.
Keempat, pengembangan agribisnis perunggasan merupakan tanggung jawab berbagai stakeholders, untuk itu perlu dikembangkan suatu komitmen dan kerjasama diantara semua stakeholders terutama dalam bentuk kerjasama yang erat antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, perguruan tinggi dan pelaku usaha.
Kelima, pemerintah harus berupaya lebih baik dan lebih serius untuk menciptakan iklim investasi yang lebih baik dengan jalan memberikan insentif (incentives) dan pemanis (sweetener) bagi para pelaku bisnis perunggasan. Insentif dan pemanis yang diharapkan antara lain adalah dihapuskannya PPN, pengurangan pajak, penegakan hukum (law enforcement), penghapusan retribusi dan pungutan di berbagai daerah, penyediaan sarana dan prasarana infrastruktur yang lebih baik (jalan, rumah pemotongan ayam (RPA) yang lebih bersih dan higenis), tersedianya akses permodalan bagi para peternak unggas dan tak kalah pentingnya adalah penataan kelembagaan penyuluhan dalam rangka transfer teknologi kepada para peternak.

Dalam sebuah bidang usaha sudah sewajarnya kalau terjadi berbagai permasalahan dalam pengembangannya. Namun yang terpenting adalah bagaimana kita dapat menanggulangi permasalahan-permasalahan tersebut dan menjadikannya sebagai pemicu dalam memperoleh keberhasilan. Saya yakin bila penanganan agribisnis perunggasan dilakukan secara serius oleh para stakeholders, pada tahun 2007 nanti kontribusi agribisnis perunggasan dalam perekonomian Indonesia akan semakin besar dan akan menjadi salah satu pilar dalam pertumbuhan ekonomi nasional.

toxoplasmosis

PENDAHULUAN
Toxoplasmosis adalah Penyakit hewan dan manusia yang akut atau kronis, tersebar luas, disebabkan oleh Toxoplasma Gondii dan ditularkan oleh ookista pada kotoran kucing. Sebagian besar infeksi pada manusia bersifat asimtomatik. Bila gejala muncul, akan berkisar dari penyakit ringan dan sembuh sendiri yang menyerupai mononukleosis hingga penyakit fulminan dan diseminata yang dapat membahayakan otak, mata, otot, hati dan paru. Manifestasi berat terutama terlihat pada penderita yang imunitasnya terganggu dan pada janin yang terinfeksi melalui transplasenta sebagai akibat dari infeksi maternal. Korioretinitas bisa berkaitan dengan semua bentuk, tetapi biasanya merupakan sekuele akhir penyakit kongenital.(kamus saku kedokteran Dorland EGC)

Toxoplasmosis merupakan penyakit zoonis yaitu penyakit hewan yang ditularkan kepada manusia. Penyakit ini disebabkam oleh Toxoplasma Gondii, yaitu parasit yang banyak terinfeksi pada manusia dan hewan. Penularan kepada manusia dari hewan seperti kucing, anjing atau hewan ternak lain.

Saat ini setelah siklus hidup toxoplasma ditemukan, maka diharapkan mudah melakukan pencegahan.Toxoplasmosis lebih mudah ditemukan karena adanya antibodi IgM dan IgG dalam darah penderita. Diharapkan dengan cara diagnosis maka pengobatan penyakit ini menjadi lebih mudah dan lebih sempurna, sehingga pengobatan yang diberikan dapat sembuh sempurna bagi penderita. Dengan jalan tersebut diharapkan insidensi keguguran, cacat konginetal, dan lahir mati dapat dicegah sedini mungkin. Pada akhirnya kejadian kecacatan pada anak dapat dihindari dan menciptakan sumber daya manusia yang lebih berkualitas.


ETIOLOGI
Sebenarnya toxoplasma termasuk dalam kelompok parasit bersel tunggal (protozoa) dengan nama lengkap Toxoplasma gondii. Sejauh ini siklus perkembangbiakan toxoplasma hanya meneliti dalam usus kucing dan sebangsanya (harimau, singa, kucing hutan dan hewan lain yang termasuk keluarga kucing felidae.) Seekor kucing yang terserang toxoplasmosis akan mengeluarkan telur (ookista) toxoplasma pada waktu tertular untuk pertama kalinya. Inipun hanya berlangsung beberapa hari saja. Ookista ini keluar dari tubuh kucing yang sakit bersama kotorannya (feces). Jadi hanya kucing sakit akibat terserang toxoplasmosis saja yang kotorannya mengandung berjuta-juta telor toxoplasma. Ookista yang ada dalam kotoran kucing yang mengering akan terbang tertiup angin dan kemudian menempel pada rumput, daun, buah, batu, kayu, tanah dan tempat2 lain. Bisa juga pada saat turun hujan, kotoran kucing dengan ookista ini akan ikut aliran air dan menyebar ke segala penjuru. Ookista ini mampu bertahan hidup hingga 18 bulan dalam tanah. Kemudian hewan ternak seperti sapi, kambbing, domba, kerbau, juga burung dan tikus memakan rumput, daun, buah, air, atau apa saja yang tercemar oleh telur toxoplasma.
Manusia juga dapat tertular toxoplasma. Karena dalam tubuh hewan selain kucing, ookista akan berubah bentuk menjadi kista yang mampu berkembang di dalam jaringan tubuh. Penularan pada manusia bisa terjadi melalui 3 cara yaitu :
1. melalui plasenta dari ibu hamil pada janin yang dikandungnya
2. tertular secara langsung akibat ookista yang termakan secara tak sengaja, misalnya lewat air yang tercemar, tangan atau alat makan yang tercemar oleh ookista toxoplasma.
3. tertular secara tak langsung yaitu karena memakan daging hewan (sapi, kambing, ayam, burung, kelinci dll) yang terinfeksi, karena daging yang mengandung toxoplasma dalam bentuk kista tidak dimasak dengan sempurna.
Apabila seorang yang hamil telah terinfeksi penyakit ini,maka kemungkinan untuk tertular kepada janin sekitar 40-50%. Atau juga dapat menyebabkan keguguran. Kalaupun melahirkan, bayi yang dilahirkan dapat mengalami masalah kesehatan berupa cacat kengiental saperti pembesaran hati dan limpa, kekuningan pada kulit dan mata, infeksi berat pada mata dan lain sebagainya.
MANIFESTASI KLINIS
Toxoplasma Gondii yang tertelan melalui makanan akan menembus epitel usus dan difagositosis oleh makrofag atau masuk ke dalam limfosit yang mengakibatkan terjadinya penyebaran limfogen. Toxoplasmosis Gondii akan menyerang seluruh sel berinti, membelah diri dan menimbulkan lisis, sel tersebut destruksi akan berhenti bila tubuh telah membentuk antibodi. Pada alat tubuh seperti susunan syaraf dan mata, zat ini tidak dapat masuk karena ada sawar (barier) sehingga destruksi akan terus berjalan.

Umumnya infeksi toxoplasmosis gondii ditandai dengan gejala seperti infeksi lainnya yaitu demam, malaise, nyeri sendi, pembengkakan kelenjer getah bening (toxoplasmosis limfonodosa scuta). Infeksi yang ,mengenai susunan syaraf pusat menyebabkan encephalitis (toxoplasma ceebralis akuta). Parasit yang masuk dalam otot jantung menyebabkan peradangan.Lesi pada mata akan mengenai khorion dan retina menimbulkan irridosklitis dan khoriditis (toxoplasmosis ophital mica akuta). Bayi dengan toxoplasmosis congenital akan lahir dengan kecacatan organ dalam.


PEMERIKSAAN
.Penyakit ini bisa menular ke manusia akibat termakannya spora Toxoplasma gondii. Misalnya makan daging mentah yang mengandung telur (ookista) toksoplasma atau sayuran yang terkontaminasi telur ini. Parasit ini sendiri bisa berbiak di semua mamalia, seperti ternak atau hewan peliharaan (anjing, kucing dan burung). Sayangnya infeksi toksoplasma ini di sebagian besar kasus tidak menunjukkan gejala yang jelas. Oleh karenanya pemeriksaan laboratorium semacam TORCH sangat dianjurkan sebelum memulai kehamilan, atau minimal di saat awal kehamilan. Bila ditemukan hasil positif, harus dilakukan terapi sampai sembuh terlebih dahulu sebelum melanjutkan kehamilan.

Indikasi infeksi pada janin bisa diketahui dari pemeriksaan USG, yaitu terdapat cairan berlebihan pada perut (asites), perkapuran pada otak atau pelebaran saluran cairan otak (ventrikel). Sebaliknya bisa saja sampai lahir tidak menampakkan gejala apapun, namun kemudian terjadi retinitis (radang retina mata), penambahan cairan otak (hidrosefalus), atau perkapuran pada otak dan hati.

Pemeriksaan awal bisa dilakukan dengan pengambilan jaringan (biopsi) dan pemeriksaan serum (serologis). Umumnya cara kedua yang sering dilakukan. Pada pemeriksaan serologi akan dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui
adanya reaksi imun dalam darah, dengan cara mendeteksi adanya IgG (imunoglobulin G), IgM, IgA, IgE. Pemeriksaan IgM untuk ini mengetahui infeksi baru. Setelah IgM meningkat, maka seseorang akan memberikan reaksi imun berupa peningkatan IgG yang kemudian menetap. IgA merupakan reaksi yang lebih spesifik untuk mengetahui adanya serangan infeksi baru, terlebih setelah kini diketahui lgM dapat menetap bertahun-tahun, meskipun hanya sebagian kecil kasus.


PENGOBATAN
Saat ini pengobattan yang terbaik adalah kombinasi pyrimethamine dengan trisulfapyrimidine. Dosis yang dianjurkan untuk pyrimethamine ialah 25-50 mg sehari selama sebulan dan trisulfapyrimidine dengan dosis 2000-6000 mg sehari selama sebulan. Namun memiliki efek samping leukopenia dan trombositopenia.
Spiramycin merupakan obat pilihan yang kurang memiliki efek samping meskipun kurang efektif. Dosis spiramiycin yang dianjurkan adalah 2-4 gram sehari yang dibagi dalam 2 atau 4 kali pemberian. Pada ibu hamil trimester pertama dengan Spiramycin 2-3 gram sehari selama seminggu atau 3 minggu kemudian disusul 2 minggu tanpa obat. Demikian berselang seling sampai sembuh.


PENCEGAHAN
Beberapa cara pencegahan terhadap toxoplasmosis secara umum dan selama kehamilan :
• Sebaiknya bila anda merencanakan kehamilan maka konsultasikan ke dokter untuk melakukan pemeriksaan test Toxoplasmosis sebelum kehamilan anda, tujuanya bila memang anda positif terinfeksi, maka dapat dilakukan pengobatan yang optimal sebelum memasuki kehamilan anda.
• Hindari makan makanan yang dimasak mentah atau setengah matang.
• Bersihkan dan cucilah dengan baik buah-buahan atau sayuran sebelum dimakan.
• Bersihkan tangan, alat-alat dapur ( seperti; papan atau alas untuk memotong) yang dipakai untuk mengelola daging mentah, hal ini untuk mencegah kontaminasi dengan makanan lainnya.
• Bila anda membersihkan sampah atau tempat sampah, jangan lupa menggunakan sarung tangan, dan cucilah tangan atau sebaiknya serahkan tugas ini kepada anggota keluarga lainnya, bila anda sedang hamil.
• Pakailah sarung tangan bila anda ingin mengerjakan pekerjaan kebun atau perkarangan anda, untuk menghindari kontak langsung dari kotoran hewan yang terinfeksi.
• Untuk anda yang memelihara kucing :
o Bersihkanlah kotoran kucing anda setiap hari dengan menggunakan sarung tangan dan cucilah tangan anda setiap selesai membersihkan.
o Cucilah tangan setiap selesai bermain dengan kucing anda
o Buanglah kotoran kucing dalam plastik ke tempat sampah, jangan menanam atau meletakanya di dekat kebun atau taman anda.
o Jangan memberi makan daging mentah untuk kucing anda.
o Periksakanlah ke dokter hewan bila anda melihat bahwa kucing anda terdapat tanda-tanda sakit.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://cvi.asm.org/cgi/content/full/14/3/239 ,published ahead of print on 3 January 2007
2. http://ijmm.org/article.asp?isnn=0255-0857;year=2003;volume=21;issue=2;spage=76;aulast=Singh.
3. Llewellyn, Derek ; Jones. “Dasar-dasar Obstetri & Ginekologi”. Hipokrates. Jakarta. Hal 130. 2002.